Jumaat, 26 Ogos 2022

 TADABBUR SURAH YASIN AYAT 76

Ayat sebelum ini telah menerangkan bagaimana Allah SWT mencela sikap manusia yang kufur akan nikmat-Nya, di mana seharusnya mereka bersyukur agar mendapat nikmat tambahan, namun mereka berpaling dan kembali melakukan kemaksiatan dan pelbagai kemungkaran antaranya menyembah selain Allah SWT. Sikap mereka yang demikian, telah menyebabkan  Nabi Muhammad SAW merasa dukacita dan bersedih, inilah yang berlaku kepada Baginda, apabila kita turut sama melakukan maksiat dan enggan mentaati perintah Allah dan Rasulullah SAW. Hal inilah yang akan kita bahas dalam tafsir surah Yasin ayat 76, yakni perihal Allah yang menghibur nabi dikala ia dirundung kesedihan. Berikut Allah berfirman

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ

  1. Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahsiakan dan apa yang mereka nyatakan.

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ

Tafsir Al-MuyassarMaka janganlah kamu (wahai rasul) bersedih karena kekafiran mereka kepada Allah, pendustaan  dan penghinaan mereka kepadamu. Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)orang kafir mengatakan " sungguhnya kamu bukanlah seorang utusan, kamu adalah penyair," Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dan Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, orang kafir itu menegaskan “itu adalah tuhan-tuhan kami, yang menjadi sekutu Allah untuk disembah”, “Sesungguhnya mereka adalah tuhan-tuhan Kami”. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menyekutukan Allah dalam beribadah. 

Perjalanan dakwah nabi Muhmmad SAW tidak pernah surut dari lika-liku ujian. Baginda sentiasa  mendapat hinaan, baik tentang Allah, ajaran yang Baginda bawa, atau bahkan peribadinya sendiri, hingga kadang-kadang membuatnya bersedih. Di antara tuduhan yang dilemparkan kepada Muhammad SAW, seorang penyair, pendusta, pembohong, gila, bomoh, tukang sihir  dan sebagainya.

Dari pelbagai pendapat ahli tafsir, ungkapan "La Tahzan " dibahagikan kepada beberapa isu. Isu pertama: Nabi Muhammad SAW merasa sedih kerana  kekufuran mereka kepada Allah SWT, kepada kerasulan Baginda dan kepada al-Quran itu sendiri dengan menuduh sebagai penyair, orang gila, malah dicela dan dikeji, dimaki, diletak najis serta pelbagai seksaan dan ancaman kepada Nabi Muhammad SAW serta umat Islam.

Sedangkan Nabi Muhammad SAW ada seorang yang 'Rahmatan lil A'lamin" sentiasa mencintai umatnya sesuai dengan ayat al-Quran, Surah at-Taubah: 128

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Artinya: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." Dalam firman Allah yang lain ;
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ  bermaksud : " dan tidak Kami utuskan engkau (Wahai Muhammad melainkan untuk (menjadi) rahmat sekelian alam."
Baginda Nabi Muhammad SAW sangat mencintai dan merindui kita umatnya, Baginda sangat risau dan bimbang jika kita mendustakan Allah, dan kerasulannya serta kitab al-Quran dan hadis yang diwariskan oleh Baginda. Baginda sangat takut jika kita membuat maksiat, kemungkaran dan dimasukkan ke dalam neraka, kebimbangan Baginda ini berterusan sehingga Baginda wafat. Marilah kita bersungguh-sungguh mengukuhkan keimanan kepada Baginda dengan terus mempelajari al-Quran dan hadis supaya sampai kepada cinta Rasululah SAW.

Kecintaan Rasululah SAW kepada umatnya, kerinduan Baginda itu dinyatakan di hadapan sahabatnya, dalam satu riwayat daripada Abdullah bin Abbas. Beliau menceritakan, pada satu hari selepas solat Subuh berjemaah, Rasulullah SAW duduk sambil menghadap sahabatnya, satu hadis yang panjang.. sambung Baginda lagi dan kali ini dengan nada penuh kerinduan Baginda bersabda: “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Baginda SAW mengulangi lafaz itu sebanyak tujuh kali lagi: “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” (Hadis Riwayat Imam Ahmad)

Satu lagi riwayat daripada Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersama sahabatnya pergi ke kawasan perkuburan Baqi’ dan bersabda yang bermaksud: “Sejahtera ke atas kamu (penghuni) negeri orang-orang yang beriman. Sesungguhnya kami dengan kehendak Allah akan menyusuli kamu. Amat ingin di hatiku seandainya dapat kita melihat saudara-saudara kita.” Sahabat Baginda bertanya: “Apakah kami ini bukan saudara-saudaramu ya Rasulullah?” Baginda SAW menjawab: “Kamu semua adalah sahabat-sahabatku. Sedangkan saudara-saudara kita adalah (orang-orang Mukmin) yang belum muncul (orang-orang beriman tanpa pernah melihat Rasulullah SAW).” (Hadis Riwayat Muslim, Ibn Majah, an-Nasa’ie dan Imam Malik)

Inilah bukti kecintaan dan kerinduan Nabi Muhammad kepada kita, umat akhir zaman, sebab itu Baginda sangat sedih dan risau sehingga menyebut-yebut umat akhir zaman. Baginda sangat risau jika kita berbuat maksiat dan dosa, melanggar suruhan dan larangan Allah. tetapi Allah SWT sentiasa memujuk hati Baginda agar berserah kepada Allah SWT.

Isu kedua, kalimat " Lah Tahzan"  juga ditujukan kepada Rasulullah SAW dan umat Islam supaya jangan bersedih apabila ditimpa musibah. Rasulullah SAW adalah seorang hamba yang paling hamba di sisi Allah SWT,  hamba yang paling dicintai-Nya, manusia yang paling beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, manusia yang tiada dosa, manusia yang paling ikhlas kerana Allah SWT semata, manusia paling baik akhlaknya, manusia yang paling taat dan sentiasa di sisi Allah SWT, namun Baginda tidak surut dari ujian, ujian yang paling hebat dari segala manusia di muka bumi berbanding kita yang hanya diuji serendah-rendah ujian. Berdasarkan hal keadaan ini, umat Islam telah mempunyai motivator yang paling hebat iaitu Allah SWT, seharusnya umat Islam tidak merasa kecewa, putus asa, rendah diri dan sebaliknya sentiasa memiliki jati diri yang tinggi, kental dan bersemangat waja. Islam itu tinggi dan meninggikan.

Maka dengan itu, Allah Yang Maha Penyayang memberi hiburan kepada Baginda Nabi dan umat Islam dengan memberi dorongan dan motivasi, menguatkan jiwa dan hati, meningkatkan keyakinan dan ketakwaan serta menambahkan kesabaran dan keyakinan serta mengharapkan bantuan Allah SWT. Allah Azza Wajalla memujuk dan menghibur Baginda dan kita semua dengan berfirman-Nya: 

فَلَا يَحْزُنكَ قَوْلُهُمْ   " Maka janglah engkau (Muhammad ) merasa sedih dengan tuduhan mereka" dalam ayat yang lain Allah berfirman  "  لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا" bermaksud " janganlah kamu bersedih, sungguh Allah itu bersama kita"
Allah juga kerap kali menghibur hati Nabi Muhammad SAW apabila Baginda ditimpa kesedihan seperti dalam surah Yunus ayat 65, firmannya:

وَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Dan janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sungguh, kekuasaan itu seluruhnya milik Allah. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Isu ke-tiga adalah umat Islam adalah manusia yang dijadikan hamba Allah Azza wajalla, sebagai hamba  mestilah menyandarkan segala bentuk kesedihan kepada Allah SWT. Hal inilah yang diterapkan oleh Allah kepada para nabi dan orang-orang soleh.

Sebagaimana al-Qur’an juga mengabadikan kesedihan Ya’qub dalam surah Yusuf ayat 86, Allah berfirman:

قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dia (Ya'kub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Mengutip dari Tafsir Kementerian Agama ayat diatas menceritakan bagaimana Ya’qub bersedih atas  isu kematian Nabi Yusuf A.S. Ia berkata kepada anak-anaknya yang lain,

“Wahai anak-anakku kalian jangan mencercaku, aku tidak pernah mengadu kepadamu sekalian, begitu juga kepada manusia yang lain tentang kesedihan dan kesusahanku. Sebab aku hanya mengadu kesusahan yang menimpaku kepada Allah SWT"

Isu ke-empat yang boleh diambil ialah tidak berlarutan dalam kesedihan. Ini sekaligus menegaskan bahwa kesedihan itu wajar, yang dilarang adalah larut bahkan terbenam dalam kesedihan itu. Oleh karena itu Al-Biqa’i menerangkan bahwa kata yahzunka (يَحْزُنْكَ) dalam ayat ini, dimaknakan dengan tidak larut dalam kesedihan. Dan cara mengurangkan kesedihan tersebut dengan sesegera mungkin mengingati  Allah SWT yang sentiasa bersama.

Dalam kitab Nashaih al-‘Ibad, Imam Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa ada dua kategori kesedihan, ia berkata:

هَمُّ الدُنْيَا بِظُلْمِ القَلْبِ وَهَمُّ الْأَخِرَةِ بِنُوْرِ القَلْبِ

Sedih karena perkara dunia dapat menggelapkan hati, sedangkan sedih karena perkara akhirat dapat menerangkannya (hati)”

Sehubungan itu, apabila kita dirundung sedih dan dukacita jalan penyelesaiannya, perbetulkan hati. Hati merupakan wadah yang lengkap, ia menampung berbagai macam sikap dan perangai serta perasaan manusia, termasuk rasa sedih. Karena itu, apapun bentuk dari kesedihan kita, hendaklah menyandarkannya kepada Sang Pemiliki Hati. Bahkan Allah sangat ingin hamba-Nya berbicara langsung kepada-Nya. Allah berfirman:

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

"Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Tiada cara lain untuk mengubati hati yang paling hebat adalah mendekatkan diri kepada Pencipta kita dengan memperbanyakan ibadah, membaca al-Quran, berzikir, beristighfar, berselawat dan sabar serta reda pada kehendak-Nya. Seperti dalam hadith:

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Siapa yang melazimkan beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar atas segala kesulitannya. Allah juga akan memberikan kelapangan atas segala kesempitan dan kesusahannya. Serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka." (HR Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim).

Juga dengan mendekat (berteman) pada orang-orang soleh. Sebab, mereka adalah peranan penting yang juga diceritakan al-Quran – seperti dalam QS. Taubah: 40 diatas – untuk menghilangkan kesedihan yang sedang dialami. Disisi lain, juga untuk menilai manakah kawan yang setia bersama, baik dalam keadaan senang maupun susah.

Sebagaimana Abu Bakar yang sentiasa menemani nabi Muhamad SAW, serta mampu menenangkan sahabatnya itu ketika khawatir dengan kejaran orang-orang kafir, disaat yang sama juga sedang bersedih karena diusir dari tempat kelahirannya. Abu Bakar berkata, “jangan bersedih sahabatku, sesungguhnya Allah bersama kita”.

Kepada para pendakwah dan umat Islam, apapun caci maki, cela, hina dan tuduhan, itu adalah adat dunia yang penuh dengan kekotoran, daki dan najis, fitnah dan hasad dengki pasti terkena kepada kita, maka janganlah bersedih, carilah Allah SWT diwaktu malam ketika sunyi sepi, merintih dan merayulah pada-Nya, buangkan semua kesombongan dan keegoan kita, pangkat dan kekayaan, kehebatan dan kecemerlangan, sujud dan merintihlah pada-Nya sebagai hamba abdi kepada-Nya yang telah lama terlupa akan kebesaran-Nya. Allah sentiasa ada untuk setia membantu hamba-hamba-Nya, sedia setiap masa, pada bila masa, kasih sayang Allah dan cinta-Nya tanpa syarat.

Rasulullah SAW bersabda, "Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertaubat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah Barat" (HR Muslim).

Jom kita berterusan mencari cinta Allah, cinta Allah itu ada di mana-mana, untuk mendapat cinta Allah, kita kena berterusan mencinri cinta Nabi Muhammad SAW kerana cinta Allah akan hadir apabila cinta Nabi ada dalam jiwa kita, untuk itu tindakan pertama adalah mendalami ilmu mengenal Nabi Muhammad SAW dengan mengamalkan sunnahnya kemudian mendalami ilmu makrifatullah, maka akan lahir cinta Allah dan cinta Rasul, apabila segala musibah menimpakan, ia adalah satu nikmat dari Allah untuk kita. Alhamdulilah.

Kesimpulan setiap manusia akan menghadapi pelbagai ujian dan musibah, maka carilah Allah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terdapat banyak  ayat yang  sedemikian yang mengajar manusia menjadi hamba-Nya, sayugialah hamba akan  menyandarkan segala bentuk kesedihan kepada Allah SWT. Hal inilah yang diterapkan oleh Allah kepada para nabi dan orang-orang soleh.

Sekian Terima Kasih. Insya-Allah bertemu lagi..






Tiada ulasan:

Catat Ulasan