Khamis, 13 Oktober 2022

 Bismillahi Rahmanir Rahim. 

TADABBUR SURAH YASIN: 78-79

Pada huraian yang lalu, sudah diterangkan bahwa orang-orang musyrik yang derhaka dan sombong kepada Allah SWT tidak menyedari dan tidak berpikir tentang asal kejadian mereka. Dalam ayat 77 lalu kita juga diingatkan bahwa manusia tidak patut sombong karena mereka berasal dari air mani yang hina. Pada ayat selanjutnya, kita akan membaca tentang riwayat yang bercerita tentang orang kafir yang mendatangi Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ () قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

“Dan dia (yang derhaka itu) membuat bagi Kami satu perumpamaan; sedangkan dia melupakan kejadian (diri)nya; dia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, padahal ia telah hancur luluh?” Katakanlah (Nabi Muhammad SAW): “Ia akan dihidupkan oleh Yang menciptakannya pada kali pertama. Dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaan.” (QS: Yasin Ayat 78-79). Kita cuba jelaskan berdasarkan isu-isu berikut;

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا

“Dan dia (yang derhaka itu) membuat bagi Kami satu perumpamaan"

Menurut Hamka, orang kafir telah membuat perumpamaan bagi Allah. Ia seakan-akan menyamakan Allah dengan dirinya yang tidak mampu menghidupkan semula tulang-tulang tersebut. Hakikatnya manusia memang tidak mungkin mampu menghidupkan kembali tulang yang telah hancur, berbeza dengan Allah Yang Maha Kuasa , Yang Maha Pencipta, pasti Allah mampu berbuat apa sahaja sesuai dengan sifatnya; Qudrat dan Iradat. Ia mampu melakukannya, bahkan yang lebih ‘sulit’ daripada itu, yaitu menciptakan manusia dari setitis air mani.

وَنَسِيَ خَلْقَهُ

"sedangkan dia melupakan kejadian (diri)nya;"

Penciptaan manusia dari mani ialah penciptaan yang pertama kali atau permulaan sebagaimana makna implisit dari kata “insya’” yang dibarengi dengan keterangan “awwala marrah”. Demikian penafsiran dari At-Tabataba’i. Surah Ta Ha: 55

مِنْهَا خَلَقْنٰكُمْ وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرٰى

55. "Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain"

Selepas melalui pelbagai peringkat, Allah memerintahkan roh-roh supaya memasuki badan-badan dan dengan kehendak-Nya mereka pun masuk.
“Maka apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya roh-Ku…”. (Surah Shad, ayat 72)

Sampai masanya roh-roh itu terikat dengan badan, dengan darah dan daging dan lupa kepada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka lupa tatkala Allah ciptakan mereka pada alam arwah Dia telah bertanya kepada mereka:

“Adakah aku Tuhan kamu? Mereka telah menjawab: Iya, bahkan!.”

Mereka lupa kepada ikrar mereka. Mereka lupa kepada asal usul mereka, lupa juga kepada jalan untuk kembali kepada tempat asal mereka. Tetapi Allah Maha Penyayang, Maha Pengampun, sumber kepada segala keselamatan dan pertolongan bagi sekalian hamba-hamba-Nya. Dia mengasihani mereka lalu Dia hantarkan kitab-kitab suci dan rasul-rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka tentang asal usul mereka.

 قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ

"dia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, padahal ia telah hancur luluh?”

Kedua ayat di atas menurut Ibnu Jarir al-Thabari sebagaimana tertuang dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran bersumber dari tiga jalur riwayat dari Muhammad bin ‘Umarah dari Mujahid, dari Muhammad bin Amr dari Mujahid, dan dari Basyar dari Qatadah, berkata bahwa ayat di atas bercerita tentang Ubay bin Khalaf. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Ubay bin Khalaf mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa tulang unta yang dibungkus. Ubay kemudian membuka bungkusan itu dan melemparkannya sehingga terbuka lalu diremukkannya tulang itu seraya berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Siapa yang akan menghidupkan tulang hancur ini?”

Nabi Muhamamd SAW menempelak Ubay bin Khalaf katanya; “Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, dan akan memasukkanmu ke dalam neraka.” Akibatnya diakhirnya Ubay bin Khalaf terbunuh oleh pasukan Muslim dalam perang Uhud.

Ada pendapat lain mengatakan, Nabi  SAW pun menjawab; “Allah yang akan menghidupkannya. Ia juga yang akan membunuhmu,  membangkitkanmu, lalu memasukkanmu ke neraka.” Selang beberapa saat, ayat ini turun sebagai respons atas kejadian tersebut. Sebagai informasi tambahan, Ubay kelak akan terbunuh di tangan Nabi Muhammad sendiri ketika perang Uhud.

Quraish Shihab menjelaskan, kata ramim (رميم) di ujung ayat 78 berasal dari kata ramama (رمم) yang berarti lapuk atau hancur. Ini merujuk pada tulang yang telah diremukkan oleh Ubay bin Khalaf di hadapan Nabi SAW sebagaimana yang disebutkan dalam sabab nuzul di atas.

Dari riwayat yang lain, al-Thabari menjelaskan bahwa ayat di atas berkaitan dengan al-‘Ash bin Wa‘il. Bersumber dari riwayat Ya’qub bin Ibrahim dari Hasyim dari Abu Basyar dari Ssa’id bin Jubair, ia berkata: “al-‘Ash bin Wa‘il datang kepada Rasulullah SAW dengan tulang yang tertutup. Kemudian ia mematahkan tulang itu dengan kedua tangannya sambil berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Apakah Allah akan membangkitkan dan menghidiupkan ini (tulang) setelah aku patahkan?”

Nabi SAW menjawab, “Ya. Allah SWT akan membangkitkannya lagi. Dialah yang akan mematikan dan menghidupkanmu lagi, lalu memasukkanmu dalam neraka jahannam.” Lalu turunlah ayat ini.

Dalam riwayat yang lain, kata al-Thabari, tepatnya dari Muhammad bin Sa’ad dari Abdullah bin Abbas orang yang diceritakan tersebut adalah Abdullah bin ‘Ubay.

Sama seperti al-Thabari, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-‘Adzim yang meriwayatkan dari Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Urwah bin al-Zubair, al-Suddi, dan Qatadah, berkata bahwa ayat di atas dilatarbelakangi kedatangan Ubay bin Khalaf kepada Rasulullah SAW dengan membawa tulang kering.

Ubay kemudian bertanya, “ Hai Muhammad! Apakah kamu mengira bahwa Allah akan membangkitkan ini (tulang yang dipegangnya)?”

Nabi SAW menjawab, “Ya, Allahlah yang mematikanmu kemudian membangkitkanmu dan mengumpulkanmu di dalam neraka.”

Begitu pun dengan riwayat dari Ibnu ‘Abbas sebagaimana dimuat oleh al-Thabari juga diceritakan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Sama seperti kedua mufassir di atas, Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir al-Munir atau dikenal dengan Marah Labid menuliskan versi yang agak lebih lengkap. Diceritakan bahwa orang-orang kafir Quraish sedang berkumpul sambil bercerita tentang isu-isu yang terjadi di Mekah. Kemudian Ubay bin Khalaf berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu tentang apa yang dikatakan Muhammad bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang mati?”

Ubay kemudian bersumpah, “Demi Latta dan Uzza! Aku akan menemuinya. Lalu aku akan mengoloknya.” Ubay pun pergi sambil menbawa tulang.

Setelah bertemu Nabi SAW, Ubay kemudian mematahkan tulang tersebut dengan kedua tangannya sambil bertanya, “Sungguh Tuhanmu akan menghidupkan tulang ini?” Nabi SAW menjawab, “Ya. Dia akan membangkitkanmu dan memasukkanmu ke neraka jahannam.”

Menurut M. Quraish Shihab, kata ‘romiim’ diambil dari kat ‘ramama’ yang artinya lapuk/hancur.

قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ

"Katakanlah (Nabi Muhammad SAW): “Ia akan dihidupkan oleh Yang menciptakannya pada kali pertama."

M.Quraish As-Shihab menerangkan bahawa ayat di atas menjelaskan tentang mewujudkan kembali sesuatu setelah kemusnahan terjadi. Siapa yang kuasa mewujudkan sesuatu pertama kali, pastilah kuasa pula mengulangi wujudnya untuk kedua kalinya. Bahkan menghimpun sesuatu yang telah terpisah-pisah atau mengadakan sesuatu yang tadinya tak pernah ada. Ayat di atas, kata Quraish, mengisyaratkan bahwa lebih mudah menjadikan kembali daripada mewujudkan pertama kali karena yang kedua telah pernah ada bahannya meskipun bagi Allah SWT tidak ada istilah lebih mudah atau lebih sulit. Allah SWT yang kuasa mewujudkan sesuatu untuk pertama kalinya, tentulah kuasa pula mewujudkannya untuk yang kedua kalinya, karena telahpun ada bahannya. Meskipun demikian, menurut Quraish, tidak ada istilah “lebih mudah” maupun “lebih susah” bagi Allah SWT. Mengenai hal ini, az-Zuhaili mengaitkannya dengan teori yang dicetuskan Lavoisier. Teori tersebut berbunyi bahwa tidak ditemukan sesuatu dari ketiadaan dan sesuatu yang ada tidak akan menjadi tiada. Semua benda di dunia ini hanya bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

"Dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaan.”

Selain Maha Kuasa, Allah SWT juga Maha Mengetahui akan ciptaannya. Akhir ayat 79 itu mengisyaratkan bahwa Allah tidak pernah lupa akan sesuatu yang telah Ia ciptakan sebelumnya. Oleh karena itu penciptaan yang kedua kalinya tidaklah susah bagi Allah SWT

Al-Bantani menjelaskan bahwa Allah SWT mengetahui dengan pasti seandainya anggota tubuh seseorang telah terpisah dari tubuhnya. Allah mengetahuinya meski bagian-bagian tubuh tersebut tercerai berai di berbagai belahan bumi atau telah berada di dalam perut binatang buas.

Allah akan mengembalikan bentuk tubuhnya hingga seperti sedia kala. Mengumpulkannya menjadi satu kesatuan, lalu meniupkan kembali ruhnya pada tubuh tersebut. Selanjutnya az-Zuhaili menjelaskan bahwa dua ayat di atas dan ayat-ayat seterusnya ialah bagian terakhir dari kandungan surah Yasin. Bagian sebelumnya membincang berbagai bukti kekuasaan Allah Swt, keharusan taat dan menyembahnya, serta penegasan akan kebatilan syirik padanya. Adapun bagian ini bertemakan jawaban Allah Swt atas syubhat para pengingkar Hari Kebangkitan.

Kesimpulan dari tafsir surah Yasin ayat 78-79 di atas adalah bahwa Allah SWT Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. Mudah saja baginya menciptakan maupun membangkitkan makhluknya kembali.

Selain itu, kita juga diperingatkan untuk selalu melakukan tadabbur dan muhasabah diri karena hal itu dapat meningkatkan keimanan kita. Nabi bersabda; “Man arafa nafsah faqad arafa rabbah.” Artinya; “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya.” Wallahu a’lam. Mengenal diri yang hina dan dhaif akan menjadikan diri kita sentiasa merasa kehambaan kepada-Nya, maka setiap segala sesuatu itu dari-Nya, tiada satupun dari kita.