Rabu, 23 November 2022

 Bismillahir Rahmanir Rahim. Assalamualaikum WRT

Tadabbur Surah Yasin ayat 80

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِ ٱلْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَآ أَنتُم مِّنْهُ تُوقِدُونَ

Bermaksud: Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu"

Terdapat beberapa pandangan para mufassirin mengenai ayat ini antara

1. Sebagai penegas bahawa Allah berkuasa menghidupkan semula setiap yang mati seperti yang diceritakan dalam Surah Yasin ayat 77-79.Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya: ". Telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Hariz, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nafir, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ meludah di telapak tangannya pada suatu hari, lalu meletakkan jari telunjuknya pada ludahnya itu dan bersabda: Allah ﷻ berfirman, "Hai Bani Adam, bagaimanakah engkau menganggap-Ku tidak berkuasa, sedangkan Aku telah menciptakanmu dari hal semisal ini; dan manakala Aku telah menyempurnakan bentukmu dan menyelesaikan ciptaanmu hingga kamu dapat berjalan dengan mengenakan baju burdahmu dan bumi ini sebagai tempat berpijakmu, lalu kamu menghimpun (harta) dan tidak mau bersedekah.

Hingga manakala roh sampai di tenggorokan, lalu kamu katakan, 'Aku akan bersedekah', tetapi masa bersedekah telah habis. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yazid ibnu Harun, dari Hariz ibnu Usman dengan sanad yang sama. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" (Yasin: 78) Yakni dia menganggap mustahil bahwa Allah Yang mempunyai kekuasaan Yang besar yang telah menciptakan langit dan bumi ini dapat mengembalikan jasad dan tulang-belulang yang telah hancur luluh menjadi hidup kembali.
Dia lupa akan dirinya, bahwa Allah telah menciptakannya dari tiada menjadi ada. Padahal kalau dia merenungkan kejadian dirinya, tentulah ia dapat membuktikan hal yang lebih kuat daripada keingkarannya yang membuktikan kekuasaan Allah ﷻ Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin: 79) Yakni mengetahui tulang-belulang yang berserakan di seantero bumi, kemana perginya dan ke mana bercerai-berainya.Allah berkuasa menghidupkan kembali buat kali kedua dengan mudahnya.
Dia Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, lagi Mahakuasa terhadap apa yang diinginkan-Nya, tiada sesuatu pun yang dapat mencegah-Nya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80) Bahwa Tuhan Yang mengeluarkan api dari pohon itu mampu mengembalikannya hidup kembali. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah pohon marakh dan 'ifar yang tumbuh di tanah Hijaz.
Orang yang tidak mempunyai pemantik api bisa saja mengambil dua buah tangkai yang masih hijau dari masing-masing pohon itu, lalu menggesekkan yang satu dengan yang lainnya, maka timbullah api dari keduanya, sama saja dengan menyalakan api memakai pemantik api. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Di dalam peribahasa (Arab) disebutkan bahwa masing-masing pohon mempunyai apinya sendiri, dan yang paling banyak ialah marakh dan 'ifar. Orang-orang bijak mengatakan bahwa setiap pohon itu mempunyai api, kecuali pohon anggur."
Allah yang menjadikan bagi kalian -wahai manusia api- yang kalian nyalakan dari kayu yang hijau lagi lembab, dan selanjutnya kalian bisa menyalakan apinya. Siapa yang mampu menyatukan dua hal yang bertentangan, kayu hijau yang basah dengan api yang menyala padanya, pasti mampu pula untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati.
 Allah yang telah mengeluarkan api membara yang kalian lihat dari pohon yang hijau, Maha Kuasa untuk membangkitkan orang mati.
Allah mengingatkan akan keesaan-Nya dan menunjukkan kekuasaan-Nya dalam menghidupkan orang mati dengan apa yang mereka saksikan berupa api yang Allah nyalakan dari ranting yang basah, yaitu pohon al-Markh dan pohon Afar apabila diambil rantingnya kemudian saling dipukulkan akan mengeluarkkan percikan api, meski keduanya dalam keadaan basah. Atau maknanya adalah Allah memudahkan kalian untuk memanfaatkan kayu bakar yang kalian pakai untuk memasak dan menghangatkan diri, padahal kayu itu dulunya basah.
Atau maknanya adalah Allah memudahkan kalian untuk memanfaatkan kayu bakar yang kalian pakai untuk memasak dan menghangatkan diri, padahal kayu itu dulunya basah.

فَإِذَآ أَنتُم مِّنْهُ تُوقِدُونَ (maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”)

Yakni kalian dapat memercikkan api darinya dan menyalakannya padahal sebelumnya kayu itu basah.
kemudian Allah mengemukakan dalil ketiga, seraya berfirman, ”yaitu Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan api dari kayu itu,” apabila Dia mampu mengeluarkan api yang kering dari pohon yang hijau yang masih sangat basah, padahal sangat berlawanan dan sangat kontras, maka mengeluarkan kembali orang-orang yang mati dari kuburnya juga seperti itu.
3. Allah berkuasa pelbagai manfaat dari pokok yang hijau ini. Hamka dalam al-Azhar sampai menyebutkan jenis kayu yang ia ketahui mampu menyalakan api, yaitu pohon pinus/tusam. Pohon ini, selain hijau, ia juga berdaun rindang lurus dan mengandung minyak. Beberapa penduduk kemudian menanam pohon ini secara masal, selain getahnya yang dapat di ‘takik’ dan mengeluarkan minyak –sebagai penyala api –, batangnya yang kering dapat dijadikan kertas. Bahkan, menurut Hamka, batubara yang tersimpan jauh dalam bumi, konon berasal dari pohon-pohon besar purbakala.
Dari banyak bagian tumbuhan, salah satu yang terpenting adalah adanya kloroplas (chloroplast) yang terdapat pada daun. Pada kloroplas ini terdapat ribuan kloropil (chlorophyl) atau butir hijau daun, dan dalam bahasa Al-Qur'an dikenal dengan nama al-khadir (bahan hijau). Kedua ayat di atas menyinggung keberadaan kloropil yang berwarna hijau (al-An'am/6: 99) dan peranan matahari dalam menjalankan "pabrik hijau" ini (at-Takwir/81: 17-18).
Sel tumbuhan, tidak sebagaimana sel manusia atau binatang, dapat menggunakan secara langsung energi matahari. Tumbuhan akan mengubah energi matahari menjadi energi kimia, dan menyimpannya dalam bentuk nutrien dengan cara yang khusus. Proses ini dinamakan fotosintesis (Photosynthesis). Sel berwarna hijau ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Ini adalah satu-satunya laboratorium di dunia yang dapat menyimpan energi matahari dalam bentuk bahan organik.
Sebagaimana diuraikan di atas, maka tumbuhan adalah makhluk yang sangat dan paling penting untuk kelangsungan kehidupan makhluk lainnya. Di samping menghasilkan bahan makanan, proses fotosintesa yang dilakukan tumbuhan juga menghasilkan oksigen. Oksigen adalah bahan untuk bernapas bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia dan binatang.
Dengan demikian tepatlah Allah memberikan contoh, bahkan bukan hanya kayu yang kering saja dapat menyalakan api tetapi kayu yang masih hijau dan basah pun dapat juga dijadikan kayu api. Sebaliknya, tulang-tulang yang dapat menerima kehidupan bukan hanya tulang-tulang yang segar, tetapi tulang yang sudah lapuk pun dapat pula menerima kehidupan dengan kekuasaan Allah.

2. Allah berkuasa menghidupkan api dari pohon kayu yang hijau lagi basah.Tuhanlah yang menciptakan pohon ini dari air sejak semula hingga menjadi pohon yang hijau lagi segar berbuah dan dapat dituai buahnya, kemudian Dia mengembalikannya hingga jadilah ia kayu yang kering dan dapat dijadikan sebagai kayu bakar.

Menambah pernyataan Hamka, Quraish mengatakan bahwa, dengan proses asimilasi sinar, tumbuh-tumbuhan mampu menarik kekuatan surya untuk berpindah pada dirinya. Sel tumbuhan yang mengandung zat hijau daun (klorofil) mengisap karbon dioksida dari udara. Interaksi yang diakibatkan oleh gas karbon dioksida dan air – yang telah diserap dari tanah –, kemudian menghasilkan karbohidrat dengan bantuan sinar matahari. Proses ini menjadikan kayu mengandung berbagai komponen, seperti; karbon, hidrogen, dan oksigen, yang bisa dijadikan sebagai bahan bakar bagi manusia. Dan melalui isyarat ilmiah al-Qur’an ini, lahir pula penemuan baru oleh manusia yang dikenal dengan proses fotosintesis yang ditemukan oleh ilmuwan asal Belanda, J. Ingenhouszn pada abad ke 18 M.

Dalam Tafsir al-Jalalain mengatakan hal ini menunjukkan kekuasaan Allah swt. yang mampu untuk menghidupkan kembali manusia yang mati. Karena sesungguhnya di dalam kayu yang hijau itu terhimpun antara air, api, dan kayu; maka air tidak dapat memadamkan api, dan pula api tidak dapat membakar kayu.

Menurut kajian ilmiah, api di sini dapat saja diinterpretasikan sebagai energi. Di dalam tumbuhan memang terjadi proses pemanfaatan energi matahari untuk mengubah bahan yang diambil tumbuhan menjadi energi kimiawi. Penjelasan mengenai terjadinya perubahan energi tersebut, yang disebut sebagai proses fotosintesa adalah sebagai berikut.

Sekian terima kasih








Khamis, 13 Oktober 2022

 Bismillahi Rahmanir Rahim. 

TADABBUR SURAH YASIN: 78-79

Pada huraian yang lalu, sudah diterangkan bahwa orang-orang musyrik yang derhaka dan sombong kepada Allah SWT tidak menyedari dan tidak berpikir tentang asal kejadian mereka. Dalam ayat 77 lalu kita juga diingatkan bahwa manusia tidak patut sombong karena mereka berasal dari air mani yang hina. Pada ayat selanjutnya, kita akan membaca tentang riwayat yang bercerita tentang orang kafir yang mendatangi Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ () قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

“Dan dia (yang derhaka itu) membuat bagi Kami satu perumpamaan; sedangkan dia melupakan kejadian (diri)nya; dia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, padahal ia telah hancur luluh?” Katakanlah (Nabi Muhammad SAW): “Ia akan dihidupkan oleh Yang menciptakannya pada kali pertama. Dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaan.” (QS: Yasin Ayat 78-79). Kita cuba jelaskan berdasarkan isu-isu berikut;

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا

“Dan dia (yang derhaka itu) membuat bagi Kami satu perumpamaan"

Menurut Hamka, orang kafir telah membuat perumpamaan bagi Allah. Ia seakan-akan menyamakan Allah dengan dirinya yang tidak mampu menghidupkan semula tulang-tulang tersebut. Hakikatnya manusia memang tidak mungkin mampu menghidupkan kembali tulang yang telah hancur, berbeza dengan Allah Yang Maha Kuasa , Yang Maha Pencipta, pasti Allah mampu berbuat apa sahaja sesuai dengan sifatnya; Qudrat dan Iradat. Ia mampu melakukannya, bahkan yang lebih ‘sulit’ daripada itu, yaitu menciptakan manusia dari setitis air mani.

وَنَسِيَ خَلْقَهُ

"sedangkan dia melupakan kejadian (diri)nya;"

Penciptaan manusia dari mani ialah penciptaan yang pertama kali atau permulaan sebagaimana makna implisit dari kata “insya’” yang dibarengi dengan keterangan “awwala marrah”. Demikian penafsiran dari At-Tabataba’i. Surah Ta Ha: 55

مِنْهَا خَلَقْنٰكُمْ وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرٰى

55. "Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain"

Selepas melalui pelbagai peringkat, Allah memerintahkan roh-roh supaya memasuki badan-badan dan dengan kehendak-Nya mereka pun masuk.
“Maka apabila Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya roh-Ku…”. (Surah Shad, ayat 72)

Sampai masanya roh-roh itu terikat dengan badan, dengan darah dan daging dan lupa kepada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka lupa tatkala Allah ciptakan mereka pada alam arwah Dia telah bertanya kepada mereka:

“Adakah aku Tuhan kamu? Mereka telah menjawab: Iya, bahkan!.”

Mereka lupa kepada ikrar mereka. Mereka lupa kepada asal usul mereka, lupa juga kepada jalan untuk kembali kepada tempat asal mereka. Tetapi Allah Maha Penyayang, Maha Pengampun, sumber kepada segala keselamatan dan pertolongan bagi sekalian hamba-hamba-Nya. Dia mengasihani mereka lalu Dia hantarkan kitab-kitab suci dan rasul-rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka tentang asal usul mereka.

 قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ

"dia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, padahal ia telah hancur luluh?”

Kedua ayat di atas menurut Ibnu Jarir al-Thabari sebagaimana tertuang dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran bersumber dari tiga jalur riwayat dari Muhammad bin ‘Umarah dari Mujahid, dari Muhammad bin Amr dari Mujahid, dan dari Basyar dari Qatadah, berkata bahwa ayat di atas bercerita tentang Ubay bin Khalaf. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Ubay bin Khalaf mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa tulang unta yang dibungkus. Ubay kemudian membuka bungkusan itu dan melemparkannya sehingga terbuka lalu diremukkannya tulang itu seraya berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Siapa yang akan menghidupkan tulang hancur ini?”

Nabi Muhamamd SAW menempelak Ubay bin Khalaf katanya; “Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, dan akan memasukkanmu ke dalam neraka.” Akibatnya diakhirnya Ubay bin Khalaf terbunuh oleh pasukan Muslim dalam perang Uhud.

Ada pendapat lain mengatakan, Nabi  SAW pun menjawab; “Allah yang akan menghidupkannya. Ia juga yang akan membunuhmu,  membangkitkanmu, lalu memasukkanmu ke neraka.” Selang beberapa saat, ayat ini turun sebagai respons atas kejadian tersebut. Sebagai informasi tambahan, Ubay kelak akan terbunuh di tangan Nabi Muhammad sendiri ketika perang Uhud.

Quraish Shihab menjelaskan, kata ramim (رميم) di ujung ayat 78 berasal dari kata ramama (رمم) yang berarti lapuk atau hancur. Ini merujuk pada tulang yang telah diremukkan oleh Ubay bin Khalaf di hadapan Nabi SAW sebagaimana yang disebutkan dalam sabab nuzul di atas.

Dari riwayat yang lain, al-Thabari menjelaskan bahwa ayat di atas berkaitan dengan al-‘Ash bin Wa‘il. Bersumber dari riwayat Ya’qub bin Ibrahim dari Hasyim dari Abu Basyar dari Ssa’id bin Jubair, ia berkata: “al-‘Ash bin Wa‘il datang kepada Rasulullah SAW dengan tulang yang tertutup. Kemudian ia mematahkan tulang itu dengan kedua tangannya sambil berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Apakah Allah akan membangkitkan dan menghidiupkan ini (tulang) setelah aku patahkan?”

Nabi SAW menjawab, “Ya. Allah SWT akan membangkitkannya lagi. Dialah yang akan mematikan dan menghidupkanmu lagi, lalu memasukkanmu dalam neraka jahannam.” Lalu turunlah ayat ini.

Dalam riwayat yang lain, kata al-Thabari, tepatnya dari Muhammad bin Sa’ad dari Abdullah bin Abbas orang yang diceritakan tersebut adalah Abdullah bin ‘Ubay.

Sama seperti al-Thabari, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-‘Adzim yang meriwayatkan dari Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Urwah bin al-Zubair, al-Suddi, dan Qatadah, berkata bahwa ayat di atas dilatarbelakangi kedatangan Ubay bin Khalaf kepada Rasulullah SAW dengan membawa tulang kering.

Ubay kemudian bertanya, “ Hai Muhammad! Apakah kamu mengira bahwa Allah akan membangkitkan ini (tulang yang dipegangnya)?”

Nabi SAW menjawab, “Ya, Allahlah yang mematikanmu kemudian membangkitkanmu dan mengumpulkanmu di dalam neraka.”

Begitu pun dengan riwayat dari Ibnu ‘Abbas sebagaimana dimuat oleh al-Thabari juga diceritakan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Sama seperti kedua mufassir di atas, Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir al-Munir atau dikenal dengan Marah Labid menuliskan versi yang agak lebih lengkap. Diceritakan bahwa orang-orang kafir Quraish sedang berkumpul sambil bercerita tentang isu-isu yang terjadi di Mekah. Kemudian Ubay bin Khalaf berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu tentang apa yang dikatakan Muhammad bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang mati?”

Ubay kemudian bersumpah, “Demi Latta dan Uzza! Aku akan menemuinya. Lalu aku akan mengoloknya.” Ubay pun pergi sambil menbawa tulang.

Setelah bertemu Nabi SAW, Ubay kemudian mematahkan tulang tersebut dengan kedua tangannya sambil bertanya, “Sungguh Tuhanmu akan menghidupkan tulang ini?” Nabi SAW menjawab, “Ya. Dia akan membangkitkanmu dan memasukkanmu ke neraka jahannam.”

Menurut M. Quraish Shihab, kata ‘romiim’ diambil dari kat ‘ramama’ yang artinya lapuk/hancur.

قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ

"Katakanlah (Nabi Muhammad SAW): “Ia akan dihidupkan oleh Yang menciptakannya pada kali pertama."

M.Quraish As-Shihab menerangkan bahawa ayat di atas menjelaskan tentang mewujudkan kembali sesuatu setelah kemusnahan terjadi. Siapa yang kuasa mewujudkan sesuatu pertama kali, pastilah kuasa pula mengulangi wujudnya untuk kedua kalinya. Bahkan menghimpun sesuatu yang telah terpisah-pisah atau mengadakan sesuatu yang tadinya tak pernah ada. Ayat di atas, kata Quraish, mengisyaratkan bahwa lebih mudah menjadikan kembali daripada mewujudkan pertama kali karena yang kedua telah pernah ada bahannya meskipun bagi Allah SWT tidak ada istilah lebih mudah atau lebih sulit. Allah SWT yang kuasa mewujudkan sesuatu untuk pertama kalinya, tentulah kuasa pula mewujudkannya untuk yang kedua kalinya, karena telahpun ada bahannya. Meskipun demikian, menurut Quraish, tidak ada istilah “lebih mudah” maupun “lebih susah” bagi Allah SWT. Mengenai hal ini, az-Zuhaili mengaitkannya dengan teori yang dicetuskan Lavoisier. Teori tersebut berbunyi bahwa tidak ditemukan sesuatu dari ketiadaan dan sesuatu yang ada tidak akan menjadi tiada. Semua benda di dunia ini hanya bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

"Dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaan.”

Selain Maha Kuasa, Allah SWT juga Maha Mengetahui akan ciptaannya. Akhir ayat 79 itu mengisyaratkan bahwa Allah tidak pernah lupa akan sesuatu yang telah Ia ciptakan sebelumnya. Oleh karena itu penciptaan yang kedua kalinya tidaklah susah bagi Allah SWT

Al-Bantani menjelaskan bahwa Allah SWT mengetahui dengan pasti seandainya anggota tubuh seseorang telah terpisah dari tubuhnya. Allah mengetahuinya meski bagian-bagian tubuh tersebut tercerai berai di berbagai belahan bumi atau telah berada di dalam perut binatang buas.

Allah akan mengembalikan bentuk tubuhnya hingga seperti sedia kala. Mengumpulkannya menjadi satu kesatuan, lalu meniupkan kembali ruhnya pada tubuh tersebut. Selanjutnya az-Zuhaili menjelaskan bahwa dua ayat di atas dan ayat-ayat seterusnya ialah bagian terakhir dari kandungan surah Yasin. Bagian sebelumnya membincang berbagai bukti kekuasaan Allah Swt, keharusan taat dan menyembahnya, serta penegasan akan kebatilan syirik padanya. Adapun bagian ini bertemakan jawaban Allah Swt atas syubhat para pengingkar Hari Kebangkitan.

Kesimpulan dari tafsir surah Yasin ayat 78-79 di atas adalah bahwa Allah SWT Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. Mudah saja baginya menciptakan maupun membangkitkan makhluknya kembali.

Selain itu, kita juga diperingatkan untuk selalu melakukan tadabbur dan muhasabah diri karena hal itu dapat meningkatkan keimanan kita. Nabi bersabda; “Man arafa nafsah faqad arafa rabbah.” Artinya; “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya.” Wallahu a’lam. Mengenal diri yang hina dan dhaif akan menjadikan diri kita sentiasa merasa kehambaan kepada-Nya, maka setiap segala sesuatu itu dari-Nya, tiada satupun dari kita.