Sabtu, 21 November 2020

 

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN 

Bismillahir Rahmanir Rahim, Assalamualaikum WRT

Terdapat banyak kelebihan membaca al-Quran. Saya ceritakan di sini setakat kemapuan diri yang terbatas kerana kedaifan diri. Hanya bertujuan mengajak kalian membaca, memahami dan mengamalkan isi kandungan al-Quran serta menjadikannya rutin kewajipan harian.

Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah swt sebagaimana dalam firman-Nya :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

 “bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeza (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185]

Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Banyak sekali hadits-hadits Nabi SAW yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur`an. Di antaranya :

1. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili r.a : Saya mendengar Rasulullah SAW  bersabda :

إقرؤا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه

 “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an, karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]

Nabi SAW memerintahkan kita  membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak, sehingga diperintahkan membacanya pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah SWT akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Iktibar dari hadits :

  • Dorongan dan motivasi memperbanyak membaca Al-Qur`an, jangan sampai terlupa  karena kesibukan hal keduniaan.
  • Allah jadikan Al-Qur`an sebagai pemberi  syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.

2.  Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili r.a : Saya mendengar Rasulullah SAW  bersabda :

قْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ ‏"‏ ‏.

  “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan keduanya, dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.”[HR. Muslim 804]

3. Dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi r.a  berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :

"‏يؤتى يوم القيامة بالقرآن وأهله الذين كانو يعملون به في الدنيا تقدمه سورة البقرة وآل عمران تحاجان عن صاحبهما ‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏

  “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 805]

Pada hadits ini Rasulullah SAW memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah SAW mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu :

·                 Membaca Al-Qur`an dan

·                 Beramal dengannya karena orang yang membaca Al-Qur`an ada dua jenis :

Jenis 1 : Orang yang membaca tetapi tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka.

Jenis 2: Orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya. Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka.

Nabi SAW bersabda :  والقرآن حجة لك أو عليك

 “Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu.” [HR. Muslim]

Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala :

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

 “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29]

“supaya mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu.

Jadi inilah tujuan diturunkannya Al-Qur`an :

·         untuk dibaca dan ditadabburi maknanya

·         diimani segala beritanya

·         diamalkan segala hukumnya

·         direalisasikan segala perintahnya

·         dijauhi segala larangannya

Iktibar  dari hadits :

·    Al-Qur`an sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya dan beramal   dengannya.

·     Ilmu mengharuskan adanya amal. Kalau tidak maka ilmu tersebut akan menjadi hujjah yang    membantahnya pada hari Kiamat.

·         Keutamaan membaca surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran

·         Penamaan surah-surah dalam Al-Qur`an bersifat tauqifiyyah.

4.   Dari sahabat ‘Utsman bin ‘Affan r.a berkata, bahwa Rasulullah  SAW  bersabda :

( خيركم من تعلم القرآن وعلمه)

 “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027]

Orang yang terbaik adalah yang ada padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.

5.   Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah r.a  berkata, bahwa Rasulullah  SAW bersabda :

"‏الذي يقرأ القرآن وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏

“Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” [Al-Bukhari 4937, Muslim 244]

Orang yang mahir membaca Al-Qur`an adalah orang yang bagus dan tepat bacaannya. Adapun orang yang tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala : pertama, pahala tilawah, dan kedua, pahala atas kecapaian dan kesulitan yang ia alami.

6.   Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari r.a berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

"مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأترجة‏:‏ ريحها طيب، وطعمها طيب، ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة‏:‏ لا ريح لها وطعمها حلو، ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل الريحانة‏:‏ ريحها طيب وطعمها مر، ومثل المنافق الذي لايقرأ القرآن كمثل الحنظلة‏:‏ ليس له ريح وطعمها مر‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏

 “Perumpamaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis.

Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari 5427, Muslim 797]

Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah, iaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak, karena seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan mampu memberi kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada zatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lazat.

Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama dibandingkan yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya tidak tahu membaca Al-Qur`an dan tidak pula mempelajarinya.

Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit kerana orang munafiq itu pada zatnya hodoh, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir –wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya :

Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah : 8 – 10]

Didapati orang-orang munafiq yang mampu membaca Al-Qur`an dengan bacaan yang bagus dan tartil. Namun mereka hakikatnya adalah para munafiq –wal’iyyadzubillah- keadaan mereka ketika membaca Al-Qur`an adalah seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW:

يقرأون القرآن لا يجاوز حناجرهم

 “Mereka rajin membaca Al-Qur`an, namun bacaan Al-Qur`an mereka tidak melewati kerongkongan mereka.” (Sahih Muslim:1837)

Maka Nabi SAW mengumpamakan mereka dengan buah Raihanah, yang harum aromanya karena mereka terlihat rajin membaca Al-Qur`an; namun buah tersebut pahit rasanya, karena hodoh dan jahatnya jiwa mereka serta rosaknya niat mereka.

Adapun orang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah SAW seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafiq yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca Al-Qur`an, di samping zat dan jiwanya adalah zat dan jiwa yang hodoh dan jahat.

Inilah jenis-jenis manusia  dengan Al-Qur`an. Maka hendaknya kita berusaha agar menjadi orang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga kita seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi, rasanya pun enak.

7.   Dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab r.a  bahwa Nabi SAW  bersabda :

 إن الله يرفع بهذا الكتاب أقوامًا ويضع به آخرين‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)

 “Sesungguhnya Allah dengan Al-Qur`an ini mengangkat suatu kaum, dan menghinakan kaum yang        lainnya.” [HR. Muslim 269]

Hadis ini menepati firman Allah SWT dalam surah ‘Abasa 11-16 yang bermaksud “Janganlah melakukan lagi yang sedemikian itu! Sebenarnya ayat-ayat Al-Quran adalah pengajaran dan peringatan (yang mencukupi) (11) Maka sesiapa yang mahukan kebaikan dirinya, dapatlah ia mengambil peringatan daripadanya. (12) (Ayat-ayat Suci itu tersimpan) dalam naskhah-naskhah yang dimuliakan (13) Yang tinggi darjatnya, lagi suci (dari segala gangguan) (14) (Terpelihara) di tangan malaikat-malaikat yang menyalinnya dari Lauh Mahfuz (15) (Malaikat-malaikat) yang mulia, lagi yang berbakti (16).

Sebahagian ahli tafsir menghuraikan bahawa orang yang membaca al-Quran adalah orang yang mulia, suci hati dan akhlaknya, diangkat darjat mereka sehingga mereka sentiasa bersama para malaikat, sebaliknya ayat seterusnya telah meletakkan orang yang tidak membaca al-Quran adalah orang yang binasa dan kufur kepada Allah SWT.

Demikianlah kehebatan al-Quran yang akan mendidik pembacanya menjadiorang-orang yang hebat, apatah lagi jika orang itu sentiasa membaca, belajar dan mengajarseterusnya memahami dan mengamalkannya. Alangkah hebatnya mereka di sisi Allah SWT.

 Jom bersamaku kita belajar, mengajar, bertadabbur dan mengamalkan al-Quran semoga kita bertemu Allah SWT di syurga Firdaus. Amin

 Ustazah Dr Saharizah binti Mohamad Salleh

Isnin, 7 September 2020

ISTINJAK PENYUCIAN FIZIKAL,MENTAL DAN JIWA

 

ISLAM : SELAMAT DAN BAHAGIA

ISTINJAK  PENYUCIAN FIZIKAL, MENTAL DAN HATI (siri 1)

PENDAHULUAN

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekelian alam, selawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, ahli keluarga Baginda, para sahabat Baginda, tabi’ tabi’in dan para ulama dahulu hingga akhir zaman demikian juga para muslim dan muslimat, mu’minin dan mu’minat. Assalamualaikum WRT.

Lama sudah kita tidak bertemu, semoga Allah sentiasa mempertemukan kita kerana Allah dan Rasulullah SAW semata untuk medapatkan reda Allah dan syafaat Rasulullah SAW. Amin. Pertemuan kali ini kita membahaskan sedikit ilmu berkaitan istinja’ dari sudut akidah untuk membersihkan fizikal, mental dan hati dari sifat mazmumah serta pelbagai penyakit. InsyaAllah. Ini merupakan siri penyucian jiwa atau hati dalam setiap amalan kita. InsyaAllah.

Seperti yang dimaklumi semua orang, permulaan kehidupan setiap hari bermula dengan istinja’. Umumnya mengetahui istinja’ dari aspek fekah tetapi penulisan kali ini berkait rapat dengan akidah supaya matlamat istinja’ itu meliputi feqah dan akidah agar kita sentiasa mendampingi Allah SWT dan Rasulullah SAW, sama sekali tidak boleh dipisahkan.

Untuk pengetahuan semua, tajuk ini mempunyai beberapa siri kerana penulis menyelusuri amalan Rasulullah SAW dan para sahabat ketika mereka beristinjak. Dibawa juga beberapa dalil dan hujah untuk menyakinkan bahawa amalan tersebut mampu membersihkan fizikal. Mental dan hati seteruskan mendampingkan diri dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW. InsyaAllah. Amin. Kita bermula dengan langkah demi langkah untuk mencapai matlamat mencintai Allah dan Rasulullah SAW.

1. Berjalan ke tandas dengan niat mensucikan diri untuk bertemu dengan Allah

Daripada Sahl bin Sa’ad bahawa Nabi SAW bersabda: 

 

نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

Maksudnya: “Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalannya”. [Riwayat al-Thabarani (5942) dalam al -Mu’jam al-Kabir, 185/6]

  • Niat merupakan perkara yang penting kerana ia akan menentukan halatuju perbuatan kita. Ini kerana, niat tidak dapat dipisahkan daripada setiap perbuatan kita. Niat menjadi sebab mendapat apa yang dikehendaki, maka jika banyak niat maka banyaklah yang kita dapat.
  • Kadang-kandang amalan kita juga boleh berlaku riak, ujub dan sifat-sifat dicela yang lain. Untuk itu, kita harus berjaga-jaga dengan setiap amalan kita agar terhindar daripada sifat-sifat yang dicela tersebut.
  • Niat juga menjadi kayu ukur bagi penerimaan sesuatu amalan

Imam Nawawi r.a mengatakan, dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab r.a, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sumber: Kitab Hadits Arbain: Imam An- Nawawi.

 Maka sebaik sahaja kita bangun dari tidur untuk ke bilik air, mulailah langkah dengan berniat untuk mensucikan diri supaya dapat bertemu dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW yang sangat dirindui, setelah beberapa jam kita tidur, hubungkan diri kita setiap masa dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW, maka bersihlah diri kita dari najis kerana dengan keluarnya najis, niatkan supaya badan kita menjadi sihat. Betulkan tujuan sihat adalah untuk beribadat kepada Allah, diringankan fizikal kita untuk melakukan semua suruhan Allah, mohon diringankan badan kita dan hati kita supaya mampu mengerjakan ibadat-ibadat sunat. Terdapat banyak kes saudara2 kita yang tidak boleh buang najis dengan baik sehingga mendatangkan pelbagai komplikasi yang menyusahkan kita untuk beribadat. Terkena pelbagai penyakit.

 

2. Depan pintu baca doa masuk tandas:

Daripada Anas bin Malik RA: 

كَانَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم إِذَا دَخَلَ الخَلَاءَ قَالَ : ( اللهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبائِثِ ).

Maksudnya: Apabila Nabi SAW ingin memasuki tandas. Baginda bersabda: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu daripada syaitan lelaki dan syaitan wanita”. [Riwayat al-Bukhari, no. Hadith 139]

Para ulama’ menetapkan antara sebab mengapa dianjurkan kita meminta perlindungan kepada Allah SWT ketika  memasuki tandas adalah agar kita terlindung daripada syaitan-syaitan yang mendiami tempat-tempat najis dan tempat terbukanya aurat.

Kelebihan Ta’awudz:

  • membersihkan lidah daripada kekotoran yang dibawa oleh syaitan.
  • cara untuk bertawakal kepada Allah SWT.
  • ibarat meminta izin dan ibarat mengetuk pintu,
  • menyapu hatinya dari segala keraguan dan was-was.

Tandas merupakan rumah syaitan, terdapat banyak rumah syaitan  di dalam rumah kita, kita berkongsi rumah dengannya, kita masuk rumahnya  banyak kali dalam satu hari, bayangkanlah jika kita tidak membaca doa ini, kita lihat macam-macam berlaku dalam rumah tangga kita, suami bergaduh dengan isteri, anak-anak bergaduh dengan ibu bapa, sumbang mahram, anak tidak betah tinggal di rumah, rumah seumpama neraka walaupun rumah mewah, besar cukup semuanya. Bacalah doa ini pada setiap kali  masuk tandas, siapakah yang mampu menjauhkan kita dari gangguan syaitan ini, ia sentiasa berada bersama kita, dalam setiap urat nadi tubuh kita, ia tidak pernah berputus asa, dia menggunakan pelbagai cara sehingga kita terpedaya. Rasullullah SAW telah mengajar kita cara yang paling mudah untuk menjauhkan diri dari syaitan ini. Jadi sudah pasti dengan kehendak Allah SWT kita mampu menjauhkan diri dari gangguan syaitan dan iblis ini. Kita akan dijauhi dari sebarang musibah. Oleh itu wajibkan diri kita membaca doa ini dengan berniat mengikut sunnah Rasullullah saw dan mohon bantuan dari Allah SWT. Kita lihat berapa ramai yang sakit fizikalnya, sakit jiwanya dan sakit akalnya kerana gangguan makluk ini. Berat sangat kah untuk membaca doa ini setiap kali masuk tandas.

 

3. Mendahului dengan kaki kiri ( Ya Allah, jauhilah kakiku ke tempat maksiat)

Tiada dalil khusus daripada Rasullullah SAW amalan memasuki tandas menggunakan kaki kiri dan keluar menggunakan kaki kanan. Walaubagaimanapun. Amalan ini bersifat qiyasi. Iaitu qiyas kepada hadith yang lain iaitu:-

حَدّثَنَا أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ بْنُ جَعْفَرٍ الْمُفِيدُ الْبَصْرِيّ، ثنا أَبُو خَلِيفَةَ الْقَاضِي، ثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الطّيَالِسِـُيّ، ثنا شَدّادٌ أَبُو طَلْحَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ قُرّةَ، يُحَدِّثُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنّهُ كَانَ، يَقُولُ: «مِنَ السّـُنّـَةِ إِذَا دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ أَنْ تَبْدَأَ بِرِجْلِكَ الْيُمْنَى، وَإِذَا خَرَجْتَ أَنْ تَبْدَأَ بِرِجْلِكَ الْيُسْرَى»

“Telah mengabarkan kepada kami Abu Hafsh Umar bin Jafar al-Mufid al-Bashry, (Abu Hafsh berkata) ‘Telah mengabarkan kepada kami Abu Khalifah al-Qadhy, (Abu Khalifah berkata), ‘Telah mengabarkan kepada kami Abu Walid ath-Thayalisi, (Abu Walid berkata), ‘Telah mengabarkan kepada kami Syadad Abu Tholhah, (Abu Tholhah berkata), ‘Aku telah mendengar Mu’awiyah bin Qurrah mengabarkan dari Anas bin Malik رضي الله عنه, bahawa dia mengatakan “Termasuk amalan sunnah apabila engkau hendak masuk masjid maka mulailah dengan kaki kanan dan apabila meninggalkan masjid maka mulailah dengan kaki kiri.”

(Hadith riwayat Al-Hakim si dalam kitabnya al-Mustadrak I/218 no. 791 dan al-Baihaqy II/442 – hadith sahih telah disepakati oleh adz-Dzahabi, Dinilai sahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ahadith ash-Sahihah no. 2478)

Qiyasnya begini.

Jika memasuki tempat yang baik, mulainya dengan kaki kanan, maka jika melangkah ke tempat yang kurang baik dibandingkan dengan tempat asal, iaitu dimulakam dengan kaki kiri.

Daripada ‘Aisyah RA, berkata: Nabi SAW menyukai melakukan sesuatu daripada sebelah kanan ketika mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam setiap amalan yang dilakukannya." (Hadith riwayat al-Bukhari, No.Hadith : 168).

Al- Imam an-Nawawi dalam kitab beliau, Syarhu Shahih Muslim dan Al-Imam Ibnu Daqiqil ‘Id serta ada beberapa ulama’ lain lagi yang menyebutkan bahawa masuklah tandas dimulai dengan kaki kiri dan keluarlah tandas dengan kaki kanan berdasarkan hadis di atas.

Berdasarkan pendapat ulama ini, maka kita beramallah, masuk tandas dengan kaki kiri kerana mengikut amalan para ulama. InsyaAllah

 

4. Memakai sandal dengan kaki kanan

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ.

]صحيح البخاري , كتاب الوضوء , باب التيمن في الوضوء والغسل , حديث رقم [168

Daripada ‘Aisyah RA, berkata: Nabi SAW menyukai melakukan sesuatu daripada sebelah kanan ketika mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam setiap amalan yang dilakukannya." (Hadith riwayat al-Bukhari, No.Hadith : 168).

Berdasarkan hadis ini, marilah kita mula memakai sandal dengan kaki kanan, berniatlah mengikut sunnah dan kegemaran Rasulullah SAW, maka dengan cara ini kita telah bersama dengan Allah dan Rasulullah SAW. Amalan sebegini akan mendekatkan diri kita dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW yang menjadi sebab banyak kebaikan lain diperolehi seperti syafaat Baginda, bertambah rindu dan cinta kepada Allah dan Baginda. Hidup yang lebih reda, iman dan amal soleh bertambah dan sebagainya.

 

5. Memakai sandal di dalam tandas

Terdapat riwayat dari Habib bin Sholeh, beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ لَبِسَ حِذَاءَهُ وَغَطَّى رَأْسَهُ

Ketika Rasulullah SAW masuk tandas, beliau memakai sandal dan penutup kepala. Status hadis: Hadis ini diriwayatkan al-Baihaqi no. 465 dan kata as-Suyuthi hadis ini mursal.

Ibnul Arabi mengatakan: “Sandal termasuk pakaiannya para nabi.” Dalam hadis dari Jabir r.a dari Nabi SAW bahwa beliau memotivasi umatnya untuk banyak menggunakan sandal. Baginda bersabda:

اسْتَكْثِرُوا مِنَ النِّعَالِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لاَ يَزَالُ رَاكِبًا مَا انْتَعَلَ

“Sering-seringlah memakai sandal. Karena seseorang akan selalu naik kendaraan selama dia memakai sandal.” (HR. Ahmad 14874, Muslim 5615 dan yang lainnya)

Sunnah Rasulullah SAW memakai sandal, belilah sandal dan letaklah di setiap bilik air, niatkan untuk mengikut sunnah Rasulullah SAW, ketika memakainya berniatlah agar dijauhi dari memakai sandal yang diperbuat dari api neraka seperti yang berlaku kepada Abu Talib bin Abdul Muthalib paman yang sangat disayangi Rasulullah SAW, namun dia mati dalam kafir. Kita bukan sesiapa di sisi Rasululah SAW, jika tidak beramal dengan sunnah dan jarang berselawat, Rasulullah SAW tidak kenalpun kita, jauh sekali disayangi oleh Baginda.

Sebagian ulama mengatakan ibadahnya orang yang lalai hanya menjadi kebiasaan, sementara kebiasaan orang yang sadar bisa menjadi ibadah. (Syarh al-Arbain an-Nawawi, Ibnu Utsaimin, hlm. 9). Maka inilah ilmu anugerah Allah untuk umat Nabi Muhammad SAW agar kita menyakininya dan mengamalkannya.


6. Menutup kepala/ menutup aurat

Dari Zubair bin Awam, beliau mengatakan,                                         

أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ ، قَالَ ، وَهُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ : ” يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ ، اسْتَحْيُوا مِنَ اللهِ ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنِّي لأظل حِين أَذْهَبُ إلَى الْغَائِطِ فِي الْفَضَاءِ ، مُغَطّيًا رَأْسِي اسْتِحْيَاءً مِنْ رَبِّي

Bahwa Abu Bakr as-Shidiq pernah berkhutbah, “Wahai kaum muslimin, malulah kalian kepada Allah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, ketika saya hendak buang air di luar, saya tutupi kepalaku karena malu kepada Rabku.” (HR. Ibnul Mubarok dalam az-Zuhd (1/107) dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushanaf (1/105).

Diriwayatkan dari Abu Bakr as-Shiddiq tentang anjuran menutup kepala ketika masuk tempat buang hajat dan itu shahih dari beliau. (as-Sunan, 1/96)

Mengikut Sunnah Para Khalifah Al-Rasyidin Rasulullah S.A.W secara khususnya memberikan petunjuk dan arahan kepada para sahabat untuk mengikuti Abu Bakr al-Siddiq dan juga Umar al-Khattab. Ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Huzaifah Ibn al-Yaman R.A bahawa Rasulullah S.A.W bersabda:

اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

Maksudnya: Hendaklah kamu semua mengikuti dua orang selepasku iaitu Abu Bakr dan juga Umar. Riwayat Al-Tirmizi (3662)

An-Nawawi mengatakan,
Imamul Haramain, al-Ghazali, al-Baghawi dan ulama lainnya mengatakan, ‘Dianjurkan untuk tidak masuk tempat buang hajat dengan kepala terbuka.’ (al-Majmu’, 2/93)

Masuk tandaspun kena tutup aurat, di dalam tandas hanya ada kita dan syaitan-syaitan, ada malaikat dan Allah SWT, tetapi indahnya Islam perkara yang wajib ditutup tetap kena tutup sama ada tersembunyi atau dikhalayak ramai. Hubungan kita dengan Allah, Malaikat dan Rasululah SAW tidak pernah terpisah, sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Marilah kita sama-sama beramal supaya kita dianugerah kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW sehingga hati kita dipenuhi dengan kerinduan yang amat kepada Allah dan Baginda Rasulullah SAW.

 

Sekian, kita ketemu lagi untuk langkah seterusnya dalam siri ke dua. InsyaAllah. Amin

 

Sekian wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum wrt

Ustazah Dr. Saharizah binti Mohamad Salleh