Sabtu, 16 September 2017

HUKUM MENUNAIKAN WASIAT SI MATI.

.
Bismillahir Rahmanir Rahim. Assaalamualaikum wrt brt.

Kita berbicara santai pada petang ini tentang hukum menunaikan wasiat orang yang telah mati. Perlu diketahui bahawa wasiat dari seorang yang sudah meninggal dunia telah diatur dalam syariat Islam. Dasar hukumnya mestilah bersumber dari Al-Qur'an, Hadits dan Ijma' para ulama.

Allah SWT berfirman:

كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ

"Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, apabila ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan kaum kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 180).

Berdasarkan firman ini didapati terdapat perintah menyuruh umat Islam mengamalkan wasiat. Sudah tentu suruhan merupakan kewajipan yang wajib ditunaikan oleh setiap warisnya. Ia juga memberi makna wasiat adalah dituntut dibuat oleh setiap umat Islam sebelum mereka meninggal dunia lagi.

Hal keadaan itu ditegaskan lagi dengan sabda Rasulullah saw:

مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ

"Tidaklah seseorang mewasiatkan suatu hak untuk seorang Muslim, lalu wasiatnya belum ditunaikan hingga dua malam, kecuali wasiatnya itu diwajibkan di sisinya." (HR Bukhari dan Muslim)

Sa'ad bin Abi Waqqash ra berkata, "Ya Rasulullah, aku memiliki harta dan tidaklah ada yang mewarisinya kecuali hanya seorang anak wanitaku. Apakah (boleh) aku sedekahkan dua pertiga dari hartaku? "Rasulullah Saw menjawab, "Jangan." Aku berkata, "Apakah (boleh) aku sedekahkan setengah darinya?" Rasulullah Saw menjawab, "Jangan. Sepertiganya saja.". Hukum wasiat wajib ditunaikan setakat 1/3 dari harta si mati sekiranya  si mati masih mempunyai anak yang memerlukan harta si mati atau masih dalam tanggungan si mati. Sebagaimana sabda Rasulullah saw;


وَالثُّلُثُ كَثِيْرٌ إِنَّكَ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَدَعَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُوْنَ النَّاسَ فِي أَيْدِيْهِمْ

"Sepertiga itu banyak. Sesungguhnya engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya (adalah) lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada manusia (yang lain)." (HR Bukhari dan Muslim) Oleh itu, para ulama sudah sepakat (ijma') bahwa wasiat itu hukumnya sunnah muakkad.

Syarat kedua untuk menunaikan wasiat, pastikan wasiat itu tidak mengandungi kemaksiatan kepada Allah atau yang melanggar aturan-aturan syariat. Sebaiknya wasiat seorang ayah agar anaknya menghafal Al-Qur'an setelah kematiannya, atau membangun masjid (mushala) yang kemudian diwakafkan atas namanya, atau menyembelih kurban atas namanya, dan sebagainya. Hadis Rasulullah saw telah memberi contoh antara wasiat yang baik menurut syariat sebagaimana Sabda Rasulullah saw;

عَنْ حَنَشٍ عَنْ عَلِيٍِّ أَنَّهُ كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَحَدُهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلآخَرُ عَنْ نَفْسِهِ فَقِيْلَ لَهُ فَقَالَ أَمَرَنِيْ بِهِ يَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ أَدَعُهُ أَبَدًا

"Dari Hanasy, dari Ali ra bahwasanya ia berkurban dengan dua ekor kambing, seekor untuk Nabi Saw dan seekor lagi untuk dirinya. Lalu ditanyakan padanya tentang hal itu. Ali ra pun menjawab, "Nabi Saw telah memerintahkan hal itu padaku, maka aku tidak akan meninggalkannya selamanya." (HR Tirmidzi)

Dari riwayat di atas didapati bahwa Nabi saw telah mewasiatkan kepada Ali bin Abu Thalib ra agar berkorban dengan menyembelih 2 ekor kambing, yang satu untuk beliau saw dan lainnya untuk Ali ra sendiri. Maka jelaslah bahwa dalam hal ini Ali bin Abu Thalib ra memenuhi wasiat seseorang yang telah wafat, yakni Rasulullah saw. Saidina Ali r.a telah menunaikan wasiat Rasulullah saw kerana wasiat tersebut sesuai dengan syariat Islam. Malah Saidina Ali r.a seperti mewajibkan dirinya menunaikan wasiat itu.

Jika sesuatu wasiat itu tidak menepati syariat Islam, maka hukumnya tidak wajib ditunaikan malah menjadi haram dan berdosa jika wasiat tersebut mengandungi perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Contoh wasiat yang tidak menepati syariat Islam. Wasiat yang berisi pemutusan hubungan silaturahim, wasiat agar anaknya tidak diberi warisan, dan sebagainya. Rasulullah saw pernah bersabda, "Tidak ada ketaatan dalam sebuah kemaksiatan. Sesungguhnya ketaatan ada dalam perkara-perkara yang baik." (HR Bukhari). Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah." (HR Abu Dawud)

Berdasarkan berbagai keterangan di atas jelaslah bahwa memenuhi wasiat orang yang sudah meninggal dunia adalah sunat muakkad, hampir kepada wajib, sebab itu sebahagian ulama mengatakan wajib bukan bid'ah atau sebagainya, selama mana  isi wasiat tidak mengandung maksiat kepada Allah dan tidak melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya.

Menunaikan wasiat merupakan salah satu amal jariah untuk si mati. Ini dijelaskan oleh Sabda Rasulullah saw:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍِ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
 
"Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan." (HR Muslim).

Disebabkan si mati tidak boleh mengerjakan amal soleh kerana telah berada di alam barzakh. Namun begitu si mati masih boleh lagi mendapatkan pahala sedekah jariah yang dibuat melalui wasiatnya. Meskipun telah meninggal dunia tetapi  tidak berarti hubungannya dengan yang hidup terputus begitu sahaja. Yang hidup dengan yang mati masih menjalin hubungan. Nabi Muhammad saw mengarahkan kepada setiap Muslim agar mengucapkan salam saat melewati  perkuburan kaum Muslimin. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahawa Rasulullah saw pernah mengunjungi kuburan seraya mengucapkan:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ

"Semoga keselamatan untuk kalian wahai penghuni rumah kaum Mukminin, insya Allah kami akan menyusul kalian." (HR Muslim)

Perbuatan Nabi saw kepada ahli kubur memperlihatkan terjalinnya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Meskipun jasad mereka mati dan hancur di dalam bumi namun roh mereka hidup dan mengetahui salam yang disampaikan oleh yang hidup untuk mereka. Jika hubungan itu tidak terjalin tentulah Rasulullah saw tidak akan mengajarkan ucapan salam untuk mereka karena ia hanya akan menjadi sis-sia dan Rasulullah saw sekali-kali tidak akan mengajarkan kepada umatnya sesuatu yang sia-sia.

Malah orang yang sudah mati pun mengetahui apa yang diamalkan oleh orang yang hidup. Jika anda diamanahi wasiat, lalu tidak anda tunaikan maka hal itu akan diperlihatkan Allah kepada si mati dan sudah tentu membuatnya kecewa. Di dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:


وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

"Dan katakanlah, beramallah kamu, niscaya Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang Mukmin akan melihat amalmu itu" (QS. At-Taubah [9]: 105)
 
Tatkala menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menuliskan bahawa amal orang-orang yang masih hidup diperlihatkan kepada kaum kerabat dan warisnya yang telah meninggal dunia di alam barzakh. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud Ath-Thayalisi dari Jabir bin Abdullah ra yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

اِنَّ اَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى اَقْرِبَائِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ فِي قُبُوْرِهِمْ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اِسْتَبْشَرُوْا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوْا: اَللَّهُمَّ الْهِمْهُمْ اَنْ يَعْمَلُوْا بِطَاعَتِكَ

"Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan (diperlihatkan) kepada kaum kerabat dan keluarga  kalian di alam kubur mereka. Jika amal perbuatan kalian itu baik, maka mereka merasa gembira dengannya. Dan jika amal perbuatan mereka itu sebaliknya, maka mereka berdoa, "Ya Allah, berilah mereka ilham (kekuatan) untuk melakukan ketaatan kepada-Mu."

Berdasarkan penjelasan tersebut jelaslah bahwa kematian seseorang tidaklah membuat terputusnya hubungannya dengan orang lain (apalagi keluarga) yang masih menjalani kehidupan di dunia. Itulah sebabnya, pendapat orang yang tidak mau menunaikan wasiat dengan alasan orang yang berwasiat telah meninggal dunia sehingga telah putus hubungan dengannya merupakan pendapat yang menyalahi syariat Islam dan wajib ditolak. Sekali lagi, wasiat harus ditunaikan selama isi wasiat itu tidak  bertentangan dengan hukum-hukum Allah.

Maka marilah kita bersama-sama berusaha menunaikan wasiat ibu, bapa dan ahli keluarga kita selagi wasiat itu tidak bercanggah dengan syariat Islam, malah wasiat itu menepati sunnah nabi Muhammad SAW supaya dianugerahkan syafaat baginda kepada orang yang kita sayangi. amin


Tiada ulasan:

Catat Ulasan